Gedor.id– Kekerasan jalanan kembali menyayat rasa aman masyarakat Takalar. Muh Iksan Saputra, remaja asal Kelurahan Pattallassang, menjadi korban pengeroyokan brutal oleh tiga pria tak dikenal. Jumat (25/7/2025)
Insiden berdarah itu terjadi Selasa dini hari, 22 Juli 2025, sekitar pukul 04.00 WITA, di sekitar ikon kota Takalar: Patung Jagung Pari’risi.
Tanpa diduga, Iksan dihadang di tengah jalan dan langsung dihajar habis-habisan.
Tiga pelaku tak memberi kesempatan korban melawan. Aksi biadab itu membuat Iksan mengalami patah tulang lengan kanan, wajah memar parah, dan gigi depan goyah akibat hantaman keras ke arah wajah.
Sang ayah, Sudirman Dg Nassa, tak mampu menyembunyikan kemarahan dan kesedihan saat menceritakan kondisi anaknya.
“Tangannya dipelintir sampai patah, mukanya babak belur, giginya hampir copot karena dihantam pakai lutut. Ini bukan penganiayaan biasa. Ini pembantaian,” ujar Sudirman dengan suara bergetar.
Kejadian tersebut langsung dilaporkan ke Polres Takalar pada hari yang sama, pukul 08.00 WITA, dengan bukti laporan polisi bernomor: STTPL/B/186/VII/2025/SKPT/POLRES TAKALAR/POLDA SULSEL.
Namun, hingga berita ini diturunkan, belum satu pun pelaku diamankan.
Padahal menurut keluarga, lokasi kejadian dipenuhi kamera pengawas yang seharusnya bisa dijadikan petunjuk kuat untuk melacak para pelaku.
“Kami bukan menuntut berlebihan. Kami hanya minta keadilan. Di lokasi banyak CCTV, kenapa polisi belum bisa identifikasi pelaku? Jangan tunggu viral dulu baru bergerak!” desak Sudirman.
Respons polisi pun mengecewakan. Saat dikonfirmasi wartawan mengenai perkembangan kasus ini, Kasat Reskrim Polres Takalar hanya menjawab pendek: “Sementara masih penyelidikan.”
Jawaban tersebut memicu tanda tanya besar. Mengapa kasus dengan bukti CCTV dan laporan cepat dari korban belum juga membuahkan hasil?
Apakah aparat kepolisian kekurangan data ataukah kekurangan niat?
Kekerasan Terjadi di Titik Simbolik Kota — Rasa Aman Warga Dipertaruhkan
Yang membuat kasus ini makin mengguncang adalah lokasi kejadian. Patung Jagung Pari’risi dikenal sebagai titik keramaian dan simbol sentral Kabupaten Takalar.
Kejadian sadis di area tersebut menciptakan kekhawatiran luas: jika di pusat kota saja bisa terjadi pengeroyokan brutal, lalu di mana lagi warga bisa merasa aman?
Desakan Publik Menguat: Jangan Ada Lagi Kasus Menggantung
Kasus ini bukan hanya soal satu korban. Ini soal kepercayaan publik terhadap penegakan hukum.
Jika aparat lamban menangani kasus kekerasan terbuka seperti ini, bagaimana dengan kasus-kasus lain yang lebih tersembunyi?
Keluarga berharap Polres Takalar tidak tinggal diam. Warga menanti bukti bahwa hukum benar-benar bekerja — bukan hanya slogan kosong di dinding kantor polisi.
Editor : Darwis