68 Persen Rakyat RI Hidup di Bawah Garis Kemiskinan Versi Bank Dunia

Senin, 16 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi potret kemiskinan di Indonesia

Ilustrasi potret kemiskinan di Indonesia

Gedor.id – Di balik gelar sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia menyimpan potret buram: 193,5 juta penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan internasional versi Bank Dunia.

Laporan terbaru lembaga keuangan global itu menyebut bahwa 68,3 persen penduduk Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan dasar menurut standar global sebesar 8,3 dolar AS per hari (menggunakan metode PPP 2021).

Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara keempat dengan jumlah penduduk miskin terbanyak dalam kategori negara berpendapatan menengah atas.

Indonesia hanya sedikit lebih baik dari negara-negara Afrika seperti Afrika Selatan, Namibia, dan Botswana, namun tertinggal dari negara seperti Vietnam, Fiji, dan Armenia, yang secara ekonomi bahkan tergolong lebih kecil.

Pengamat ekonomi Anthony Budiawan dari PEPS menilai, fakta ini merupakan tamparan keras bagi pemerintah.

“Ini ironi besar. Indonesia kaya sumber daya alam, tapi tidak mampu menyejahterakan mayoritas rakyatnya,” katanya.

Menurut Budiawan, kemiskinan massal ini adalah hasil dari ketimpangan kebijakan, korupsi struktural, serta absennya keberpihakan negara terhadap rakyat kecil.

Ia memperingatkan bahwa tanpa reformasi serius, kemiskinan akan menjadi masalah laten yang terus diwariskan.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kemiskinan nasional hanya 9,4 persen per Maret 2024. Namun, angka ini menggunakan definisi yang jauh lebih rendah dibanding standar internasional.

Perbedaan inilah yang menciptakan jurang persepsi antara realitas global dan klaim domestik.

Bank Dunia sendiri memperbarui garis kemiskinan internasional secara berkala. Kenaikan dari 6,85 dolar AS (PPP 2017) ke 8,3 dolar AS (PPP 2021) mencerminkan kondisi ekonomi dunia yang makin menuntut biaya hidup lebih tinggi—dan memperjelas bahwa Indonesia belum mampu mengejar standar kesejahteraan tersebut.

Editor : Id Amor

Berita Terkait

Peringatan Keras Prabowo, Jabatan Bukan Tempat Cari Untung, Siap-Siap Reshuffle!
Program Bergizi Nyatanya ‘Beracun’ 7.368 Anak Keracunan MBG
Industri Tembakau Terpuruk, Menkeu Purbaya Soroti Tingginya Cukai Rokok
Jokowi Ukir Rekor Kelam, Menteri Terseret Korupsi Lampaui Presiden Sebelumnya
Prabowo Tegaskan Tak Ada Ruang untuk Penjarahan dan Gangguan Ekonomi
Tewasnya Ojol Picu Amarah Nasional, Demonstrasi Berubah Rusuh di Berbagai Daerah
Dibidik Jaksa, Duit Masuk ke CV! Ilyas: Saya Korban Sistem Bobrok!
Jokowi Dituding Raja Drama Gegara Foto Reuni: “Angkatan 45 Katanya?”

Berita Terkait

Minggu, 19 Oktober 2025 - 14:50 WITA

Peringatan Keras Prabowo, Jabatan Bukan Tempat Cari Untung, Siap-Siap Reshuffle!

Sabtu, 27 September 2025 - 19:50 WITA

Program Bergizi Nyatanya ‘Beracun’ 7.368 Anak Keracunan MBG

Sabtu, 20 September 2025 - 15:10 WITA

Industri Tembakau Terpuruk, Menkeu Purbaya Soroti Tingginya Cukai Rokok

Sabtu, 6 September 2025 - 15:36 WITA

Jokowi Ukir Rekor Kelam, Menteri Terseret Korupsi Lampaui Presiden Sebelumnya

Senin, 1 September 2025 - 16:10 WITA

Prabowo Tegaskan Tak Ada Ruang untuk Penjarahan dan Gangguan Ekonomi

Berita Terbaru