Gedor.id– Seremonial pembukaan cabang baru Warung Coto Anging Mammiri di pelataran Kampus Universitas Cokroaminoto Tamalanrea, Makassar, mendadak jadi perbincangan. Kamis (24/7/2025)
Bukan sekadar soal kulinernya, tapi karena di balik semangkuk coto, terselip aroma panggung politik yang mengundang tanya.
Hadir langsung dalam peresmian itu, Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin, didampingi sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat.
Kehadiran mereka menimbulkan pertanyaan: apakah ini bentuk dukungan pemerintah terhadap UMKM, atau bagian dari pencitraan menjelang tahun politik?
Warung Coto Anging Mammiri, yang didirikan sejak 2016 dan kini punya cabang di berbagai titik strategis Makassar, memang telah memiliki basis pelanggan loyal.
Namun, pembukaan cabang barunya justru menuai sorotan karena dianggap terlalu dipoles dengan seremoni yang tak biasa bagi sebuah warung makan.
“Yang diresmikan warung makan, tapi yang hadir Wali Kota dan jajaran pejabat? Ini warung makan atau proyek strategis nasional?” sindir salah satu warganet dalam unggahan media sosial.
Sang pemilik, Bos Aco, memang dikenal luas di lingkaran pelaku usaha kuliner Makassar. Dalam sambutannya, ia mengucapkan terima kasih atas dukungan pemerintah, sambil menyebut harapannya agar warung ini bisa membawa nama baik Makassar di kancah nasional.
Namun, publik bertanya-tanya: sejauh mana peran pemerintah dalam mendukung warung ini? Apakah ada fasilitas khusus, keringanan izin, atau bantuan lainnya?
Tak hanya itu, lokasi pembukaan yang berada di depan kampus juga memicu pertanyaan. Apakah sudah mengantongi izin resmi mendirikan usaha di area tersebut? Apakah keberadaannya tidak mengganggu aktivitas akademik?
Acara yang juga membagikan coto secara gratis kepada pengunjung dinilai sebagian kalangan sebagai cara promosi cerdas, tapi juga sarat dengan kepentingan citra. Beberapa mahasiswa menilai momen ini terlalu ‘megah’ untuk ukuran sebuah warung makan.
“Kalau memang murni promosi kuliner, seharusnya tidak perlu bawa-bawa Wali Kota. Kesannya jadi politis,” ujar salah satu mahasiswa yang enggan disebutkan namanya.
Warung Coto Anging Mammiri sendiri tetap menegaskan komitmennya menjaga kualitas rasa dan pelayanan. Namun, masyarakat kini semakin jeli membaca di balik semangkuk coto: ada rasa, ada bisnis, dan mungkin saja ada politik.